Revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden RI pada tanggal 11 Juni
2005 antara lain bertujuan untuk meningkatkan produksi padi menuju
swasembada beras dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
Berbagai upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan melalui program
kebijakan program pemerintah yang tentunya harus didukung oleh
teknologi inovasi yang dapat mendongkrak produksi padi.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya
hidup dari pertanian. Pada awalnya kondisi alam, cuaca dan budaya
masyarakat di Indonesia sangat mendukung sektor pertanian ini dimana
tanah Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif sehingga
pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan di Indonesia. Namun
dalam perkembangannya secara umum semakin lama kondisi tanah pertanian
di Indonesia semakin rendah tingkat kesuburannya yang berdampak kepada
semakin menurunnya tingkat produksi pertanian.
Untuk meningkatkan hasil produksi (khususnya padi) biasanya petani
mengupayakannya dengan meningkatkan biaya produksi diantaranya berupa
peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitas benih, pupuk dan
pestisida. Pada awalnya penambahan biaya produksi ini bisa memberikan
peningkatan kepada hasil pertanian, namun untuk selanjutnya tingkat
produksi kembali menurun.
Salah satu harapan sebagai solusi terbaik bagi pertanian di Indonesia
dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan
metoda System of Rice Intensification (SRI). SRI merupakan salah satu
pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen
pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan
kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan.
Dengan pola tanam padi metode SRI diharapkan dapat memberikan
tambahan produksi sebanyak 1,5 ton/Ha , sehingga dapat berkontribusi
dalam mensukseskan program surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Salah satu teknologi inovasi pengelolan padi yang saat ini terus
berkembang yaitu melalui pendekatan System of Rice Intensification
(SRI). Di Jawa Barat Budidaya padi dengan sistem SRI telah berkembang di
beberapa daerah misalnya di Kabupaten Ciamis, Garut, Kuningan dengan
hasil lebih tinggi dibanding dengan cara kebiasaan petani.
Di Indonesia pengertian SRI adalah usahatani padi sawah irigasi secara
intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman serta air. Melalui
pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah
ramah lingkungan (Departemen Pertanian, 2005). Teknologi SRI di
Indonesia lebih menitikberatkan pada penggunaan pupuk organik, begitu
juga dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya
hama dan penyakit hanya mengandalkan pestisida nabati, sehingga dapat
menghasilkan padi organik.
Pada prinsipnya komponen teknologi yang diterapkan pada system SRI tidak
jauh berbeda dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang
dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Badanlitbang Pertanian). PTT menekankan pada pendekatan sumberdaya alam
untuk meningkatkan produktivitas padi, dengan prinsip menggabungkan
kaidah efisiensi, sinergis, dan dinamis secara partisipatif
(Badanlitbang Pertanian, 2007).
KEUNGGULAN METODE SRI
Ø Hemat air; selama pertumbuhan dari mulai tanam
sampai panen air diberikan macak-macak atau maksimal digenangi setinggi
2 cm. Pada waktu pengeringan tanah dibiarkan sampai retak
Ø Hemat biaya; benih hanya 5 kg/ha, efisiensi upah tanam pembibitan
Ø Hemat waktu; umur bibit muda, waktu panen akan lebih awal
Ø Produksi meningkat; hasil dibeberapa lokasi mencapai 11 ton/ha
Ø Ramah lingkungan; tidak menggunakan bahan-bahan (pupuk, pestisida) an-organik
PRINSIP BUDIDAYA METODE SRI
Ø Bibit harus muda; kurang dari 12 hari setelah semai
Ø Bibit ditanam 1 tanaman / lubang; jarak tanam 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih
Ø Pindah tanam harus sesegera mungkin; harus hati-hati agar akar tidak terputus dan ditanam dangkal
Ø Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang/terputus)
Ø Penyiangan dilakukan sejak awal sekitar 10 hst, dilakukan 2-3 kali dengan interval 10 hari
Ø Menggunakan pupuk organik
TEKNIK BUDIDAYA PADI METODE SRI
Ø Persiapan Benih
Sebelum benih direndam daam air biasa, benih direndam dalam air garam.
Benih yang baik untuk ditanam adalah benih yang tenggelam dalam larutan
garam tersebut. Kemudian benih yang terpilih (tenggelam) direndam selama
24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari. Selanjutnya disemaikan
dalam media tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 di dalam
wadah segi empat (besek/pipiti) ukuran 20 x 20 cm, setelah 7-10 hari
benih sudah siap tanam
Ø Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk SRI tiadak berbeda dengan cara pengolahan yang
dilakukan oleh petani. Pengolahan tanah secara sempurna dengan traktor
sampai terbentuk lumpur, kemudian diratakan
Ø Pemupukan
Pemberian pupuk diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan
penambahan unsur hara berkurang. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah
sistem konvensional adalah 10 ton/ha dan diberikan sampai 2 musim
tanam. Setelah kondisi tanah terlihat membaik, maka pemberian pupuk
organik bias berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk
organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk menyatu
dengan tanah.
Ø Pemeliharaan
Sistem tanam SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus,
cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan hanya dilakukan
untuk mempermudah pemeliharaan. Pada prakteknya pengelolaan dapat
dilakukan sebagai berikut:
- Umur 1-10 hst, tanaman padi digenangi air dengan ketinggian 1-2
cm
- Pada umur 10 hst dilakukan penyiangan.
- Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi
- Apabila masih memerlukan penyiangan, maka 2 hari menjelang
penyiangan, tanaman digenangi
- Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenangi
- Setelah padi matang susu tanaman tidak perlu digenangi sampai
panen.
MANFAAT METODE SRI
Secara umum manfaat pengelolaan tanaman dengan metode SRI adalah :
- Hemat air; kebutuhan air antara 20-30% lebih sedikit dengan cara biasa (konvensional)
- Memperbaiki kondisi tanah (kesuburan dan kesehatan tanah)
- Menghasilkan produksi beras sehat, tidak mengandung residu pestisida
membentuk petani mandiri; tidak tergantung pada pupuk dan pestisida buatan
0 komentar :
Posting Komentar